Inflasi AS Melemah di Tengah Ketidakpastian Tarif

Sumber ilustrasi: pixabay

31 Mei 2025 17.05 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [31.5.2025] Kabar terbaru dari perekonomian Amerika. Pengeluaran konsumen Amerika Serikat hanya naik sedikit pada April 2025, sementara tingkat tabungan melonjak ke posisi tertinggi dalam setahun. Data ini menunjukkan terdapat kehati-hatian pada belanja rumah tangga di tengah ketidakpastian ekonomi akibat perubahan kebijakan tarif yang terus berlangsung.

Laporan dari Departemen Perdagangan AS pada Jumat mengindikasikan bahwa ekonomi belum sepenuhnya pulih setelah mengalami kontraksi pada kuartal pertama tahun ini yang merupakan penurunan pertama dalam tiga tahun terakhir. Akan tetapi penyusutan tajam defisit perdagangan barang memberikan harapan terhadap prospek pertumbuhan PDB pada kuartal kedua.

Meskipun inflasi mereda dengan kenaikan tahunan terendah dalam empat tahun, Federal Reserve diperkirakan tidak akan segera memangkas suku bunga. Hal ini dikarenakan dampak penuh dari bea impor terhadap harga barang belum sepenuhnya terasa dan karena banyak pelaku usaha masih menjual barang dari stok lama sebelum kebijakan tarif Presiden Trump diberlakukan.

Situasi semakin kompleks setelah pengadilan perdagangan AS memutuskan untuk memblokir sebagian besar tarif impor yang dikenakan oleh Trump dimana mereka menyatakan bahwa presiden telah melampaui kewenangannya. Akan tetapi sehari kemudian, pengadilan banding federal mengembalikan tarif tersebut secara sementara, memperkuat ketidakpastian arah kebijakan perdagangan AS.

Olu Sonola, Kepala Riset Ekonomi AS di Fitch Ratings mengatakan bahwa data ini menunjukkan sinyal jelas bahwa konsumen mulai bersiap menghadapi kondisi yang lebih sulit. Dirinya juga mengatakan bahwa meskipun inflasi saat ini terkendali, The Fed kemungkinan akan melihatnya sebagai masa tenang sebelum badai.

Data resmi menunjukkan pengeluaran konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, hanya meningkat 0,2% pada April, sesuai dengan ekspektasi analis, setelah kenaikan 0,7% di bulan sebelumnya.

Peningkatan belanja ditopang oleh sektor jasa seperti housing, utilitas, layanan kesehatan, serta pengeluaran untuk restoran dan hotel. Namun demikian belanja barang melambat, terutama dalam kategori kendaraan bermotor, pakaian, dan barang rekreasi. Kenaikan pengeluaran bulan Maret sebelumnya sebagian besar didorong oleh pembelian mendahului penerapan tarif.

Sebagian besar tarif sudah mulai berlaku, meski peningkatan bea untuk beberapa barang ditunda hingga Juli dan Agustus. Para ekonom meyakini bahwa kebijakan dagang proteksionis ini berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi sekaligus mendorong inflasi dalam jangka menengah.

Risalah rapat The Fed awal Mei menyebutkan bahwa risiko terhadap pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi meningkat, seiring dengan risiko inflasi yang didorong oleh tarif. Bank sentral masih mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25%–4,50% sejak Desember 2024.

Pasar keuangan saat ini memperkirakan pemangkasan suku bunga baru akan dilakukan pada September. Ekonomi AS sendiri mengalami kontraksi 0,2% secara tahunan pada kuartal pertama, setelah tumbuh 2,4% di kuartal sebelumnya, didorong oleh lonjakan impor sebelum tarif berlaku.

Dengan diberlakukannya sebagian besar tarif, impor barang anjlok tajam dan menyebabkan defisit perdagangan barang menyusut 46% menjadi $87,6 miliar pada April, menurut data terpisah dari Biro Sensus. Impor turun sebesar $68,4 miliar, sementara ekspor naik $6,3 miliar.

Jika tren ini berlanjut, perdagangan bisa menjadi faktor pendorong PDB pada kuartal kedua, setelah sebelumnya memangkas pertumbuhan sebesar 4,9 poin persentase. Namun, data juga menunjukkan bahwa pelaku bisnis tidak sedang meningkatkan persediaan, dengan inventaris grosir stagnan dan stok ritel turun 0,1%.

Carl Weinberg, Kepala Ekonom di High Frequency Economics mengatakan bahwa jika impor menurun tapi inventaris tetap, maka PDB bisa meningkat. Akan tetapi Weinberg memperkirakan bahwa stok barang akan jatuh drastis sebelum kuartal ini berakhir.

Sementara itu, pasar saham AS melemah, dolar menguat terhadap mata uang global, dan imbal hasil obligasi pemerintah turun, mencerminkan respons pasar terhadap ketidakpastian ekonomi.

Tingkat tabungan konsumen naik menjadi 4,9%, tertinggi dalam setahun, dari 4,3% pada Maret. Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya kehati-hatian konsumen dalam mengelola pendapatan pribadi yang naik 0,8% pada bulan tersebut, sebagian berasal dari pembayaran pensiun pemerintah kepada pensiunan seperti mantan polisi dan petugas pemadam kebakaran. Upah juga tercatat naik sebesar 0,5%.

Meski data inflasi terlihat jinak, ekspektasi inflasi masyarakat tetap tinggi. Risalah The Fed menyatakan bahwa hal ini bisa mendorong perusahaan untuk menaikkan harga dalam waktu dekat.

Indeks Harga Konsumsi Pribadi (PCE) naik 0,1% pada April, dipengaruhi oleh peningkatan harga barang rekreasi dan peralatan rumah tangga. Sementara itu, harga jasa hanya naik 0,1% setelah naik 0,2% di bulan sebelumnya.

Dalam periode tahunan, indeks PCE naik 2,1%, sedikit melambat dari 2,3% pada Maret. Indeks PCE inti (yang tidak termasuk makanan dan energi) juga naik 0,1% bulan ke bulan dan mencatat kenaikan tahunan sebesar 2,5%, terendah sejak Maret 2021.

Kathy Bostjancic, Kepala Ekonom di Nationwide mengatakan bahwa tarif yang lebih tinggi belum sepenuhnya tercermin dalam data inflasi konsumen. Akan tetapi dirinya memperkirakan tren inflasi yang melambat ini akan berbalik pada paruh kedua tahun karena perusahaan akhirnya akan mulai menaikkan harga untuk melindungi margin keuntungan.

Berita terbaru ini menunjukkan suatu fase transisi penting dalam ekonomi AS, dengan konsumen mulai menahan pengeluaran dan lebih memilih menabung di tengah ketidakpastian ekonomi makro. Inflasi yang melambat memberi ruang gerak bagi The Fed, tetapi belum cukup kuat untuk memicu pelonggaran kebijakan moneter.

Dampak terhadap ekonomi global bisa signifikan. Ketika konsumen AS, yang selama ini menjadi mesin permintaan dunia, menahan belanja, efek domino bisa dirasakan oleh mitra dagang utama seperti China, Meksiko, dan negara-negara Eropa. Permintaan ekspor menurun, terutama untuk barang-barang konsumsi dan kendaraan, bisa memperlambat produksi global dan memperdalam risiko resesi teknikal di negara berkembang.

Selain itu, ketidakpastian mengenai kebijakan tarif AS meningkatkan volatilitas pasar global dan bisa memicu perubahan rantai pasok yang berdampak jangka panjang terhadap investasi dan perdagangan internasional. Jika tren ini berlanjut, dunia harus bersiap menghadapi pertumbuhan global yang lebih lambat dengan tekanan inflasi yang belum mereda secara merata. (NJD)

Sumber: Reuters

Link: https://www.reuters.com/business/us-consumer-spending-slows-april-inflation-rises-moderately-2025-05-30/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *