Kulit Katak: Organ Multifungsi untuk Bernapas dan Menyerap Air

Sumber ilustrasi: Pixabay

7 Agustus 2025 08.30 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [07.08.2025] Katak dikenal sebagai hewan amfibi dengan kemampuan hidup di air dan darat. Akan tetapi, yang membuat mereka lebih unik adalah cara mereka bernapas dan minum karena mereka melakukannya tidak hanya melalui mulut dan paru-paru, tetapi juga langsung melalui kulit. Kulit katak yang tipis, basah, dan berpori memiliki fungsi vital yang menjadikannya bagian penting dari sistem pernapasan dan hidrasi tubuh.

Kemampuan ini memungkinkan katak bertahan hidup di lingkungan yang bervariasi, dari kolam yang tenang hingga gurun yang kering. Namun demikian, seiring perubahan lingkungan yang cepat, fungsi kulit tersebut juga membawa konsekuensi besar terhadap kelangsungan hidup mereka.

Secara biologis, kulit katak dirancang untuk menjadi medium pertukaran gas dan cairan. Lapisan kulitnya dilengkapi dengan kelenjar penghasil lendir yang menjaga kelembapan permukaan. Struktur ini memfasilitasi penyerapan oksigen dari udara atau air dan pembuangan karbon dioksida langsung ke lingkungan sekitar melalui proses yang disebut respirasi kutan.

Di bawah permukaan kulit terdapat jaringan pembuluh darah halus yang menyerap oksigen dan mendistribusikannya ke seluruh tubuh. Mekanisme ini menyerupai fungsi paru-paru, dan meskipun katak tetap memiliki organ pernapasan internal, peran kulit sangat dominan, terutama saat berada di dalam air atau selama masa hibernasi.

Pada fase awal kehidupan, berudu belum memiliki insang atau paru-paru yang sepenuhnya berkembang. Mereka mengandalkan metode unik untuk mendapatkan udara: dengan berenang tepat di bawah permukaan air dan membentuk gelembung udara yang kemudian didorong masuk ke paru-paru mereka. Adaptasi ini memungkinkan mereka bertahan hidup tanpa harus menembus tegangan permukaan air yang sulit dilalui oleh tubuh mungil mereka.

Selain fungsi respirasi, kulit katak juga digunakan untuk menyerap air dari lingkungan. Banyak spesies memiliki bagian tubuh khusus yang disebut drinking patch, yaitu area kulit yang sangat vaskularisasi dan mampu menyerap air dalam jumlah besar. Mekanisme ini menggantikan kebutuhan untuk minum melalui mulut, yang tidak umum dilakukan oleh katak.

Beberapa spesies katak yang hidup di daerah kering, seperti yang ditemukan di gurun Australia, menunjukkan adaptasi yang luar biasa terhadap lingkungan ekstrem. Mereka menyerap air selama musim hujan, lalu menyimpannya di dalam tubuh dan berlindung dalam liang bawah tanah. Dalam kondisi dorman, mereka mampu bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun hingga hujan berikutnya datang. Strategi bertahan hidup ini diperkuat dengan produksi lapisan lendir tambahan yang membantu menjaga kelembapan tubuh.

Keunggulan fisiologis yang dimiliki katak ternyata membawa kerentanan. Kulit yang mudah menyerap zat dari lingkungan menyebabkan mereka sangat sensitif terhadap polusi air, bahan kimia, dan bahkan mikroplastik. Penelitian menunjukkan bahwa kontaminan dari produk komersial dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh katak melalui kulitnya, menimbulkan dampak kesehatan dan reproduksi.

Di sisi lain, perubahan iklim menjadi ancaman serius terhadap habitat katak. Meningkatnya suhu dan frekuensi kekeringan menyebabkan banyak area basah yang sebelumnya menjadi tempat hidup katak menyusut atau menghilang. Daerah seperti hutan hujan Amazon dan hutan Atlantik di Brasil, Argentina, dan Paraguay merupakan contoh wilayah yang mengalami penyusutan habitat akibat pemanasan global.

Dalam konteks ekologis, katak memiliki peran penting dalam rantai makanan. Mereka mengendalikan populasi serangga dan menjadi mangsa bagi predator seperti ular dan burung. Penurunan jumlah katak dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang berkelanjutan. Sehingga hilangnya katak sering kali dianggap sebagai indikator awal dari kerusakan lingkungan yang lebih luas.

Pertanyaan besar yang masih dihadapi para ilmuwan adalah apakah spesies katak dapat beradaptasi cukup cepat terhadap perubahan lingkungan yang terus berlangsung. Kecepatan perubahan iklim saat ini melebihi kemampuan adaptasi banyak organisme, termasuk katak, yang memiliki siklus hidup dan proses evolusi yang lambat.

Kemampuan bernapas dan menyerap air melalui kulit menjadikan katak sebagai salah satu contoh adaptasi biologis yang mengesankan dalam dunia hewan. Kulit berpori mereka memungkinkan pertukaran gas dan cairan yang efisien, sekaligus menjadi jalur utama bagi fungsi hidup sehari-hari. Fitur ini membantu mereka bertahan di berbagai kondisi lingkungan, dari rawa tropis hingga padang pasir.

Akan tetapi, keunggulan ini juga membuat mereka sangat rentan terhadap gangguan lingkungan. Paparan polusi dan dampak perubahan iklim dapat dengan cepat mengganggu mekanisme vital ini. Dengan peran sentral mereka dalam ekosistem, keberadaan katak menjadi indikator penting terhadap kesehatan lingkungan secara menyeluruh. Menjaga habitat dan kualitas air menjadi kunci untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesies ini. (NJD)

Diolah dari artikel:
“How do frogs breathe and drink through their skin?” oleh Sara Hashemi.

Link: https://www.livescience.com/animals/frogs/how-do-frogs-breathe-and-drink-through-their-skin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *