Rotasi Bumi Akan Meningkat, Sejumlah Hari Diprediksi Lebih Pendek Mulai Juli hingga Agustus

Sumber ilustrasi: Unsplash

11 Juli 2025 11.05 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [11.07.2025] Dalam beberapa minggu mendatang, Bumi diperkirakan akan berputar lebih cepat dari biasanya, memicu pemendekan waktu harian secara milidetik. Tiga hari spesifik, yakni 9 Juli, 22 Juli, dan 5 Agustus 2025 diprediksi akan mengalami pemendekan hari akibat perubahan gaya gravitasi Bulan terhadap poros rotasi Bumi.

Perubahan ini tidak akan berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari. Akan tetapi bagi para ilmuwan pergeseran rotasi Bumi menunjukkan kompleksitas interaksi kosmis yang terus berlangsung dan semakin dipengaruhi oleh aktivitas manusia.

Satu hari di Bumi umumnya dihitung berdasarkan durasi yang dibutuhkan planet ini untuk menyelesaikan satu putaran penuh pada porosnya, yaitu sekitar 86.400 detik atau 24 jam. Namun demikian rotasi ini ternyata tidak mutlak, melainkan dapat berubah karena pengaruh eksternal.

Faktor-faktor yang memengaruhi rotasi Bumi meliputi posisi Matahari dan Bulan, variasi medan magnetik, distribusi massa di permukaan planet, serta kondisi geologis tertentu. Posisi Bulan yang berubah-ubah dalam orbitnya dapat memengaruhi seberapa besar gaya tarik gravitasinya terhadap Bumi.

Pada tiga tanggal yang telah disebutkan, Bulan akan berada pada titik terjauh dari garis khatulistiwa, yang memperbesar pengaruhnya terhadap percepatan rotasi Bumi. Fenomena ini dapat dianalogikan dengan gasing yang berputar: bila gaya dipusatkan dari kutub (atas-bawah), rotasi akan lebih cepat dibanding jika didorong dari tengah.

Pemendekan hari yang diprediksi berkisar antara 1,3 hingga 1,51 milidetik. Meskipun tampaknya kecil, perbedaan ini terukur secara presisi oleh para ilmuwan dan menambah daftar panjang variasi dalam durasi rotasi Bumi selama dekade terakhir.

Sejak zaman purba, rotasi Bumi telah mengalami perlambatan akibat gaya pasang surut dari Bulan. Sekitar 1 hingga 2 miliar tahun lalu, satu hari hanya berdurasi 19 jam. Namun seiring menjauhnya Bulan, gaya gravitasinya melemah, menyebabkan rotasi Bumi melambat dan hari menjadi lebih panjang.

Ironisnya, sejak awal 2000-an, tren ini mengalami variasi. Pada tahun 2020, para peneliti mencatat bahwa Bumi berputar lebih cepat dibanding periode mana pun sejak pencatatan resmi dimulai pada 1970-an. Bahkan pada 5 Juli 2024 tercatat sebagai hari terpendek sepanjang sejarah yakni 1,66 milidetik lebih singkat dari 24 jam.

Data ini dikumpulkan oleh lembaga-lembaga internasional seperti International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS), yang bertanggung jawab menjaga sinkronisasi waktu dunia melalui penambahan “leap second” jika dibutuhkan.

Meski sebagian besar variasi ini bersumber dari faktor alami, penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivitas manusia juga turut memengaruhi rotasi Bumi. Studi NASA mencatat bahwa pergeseran air tanah dan pencairan es akibat perubahan iklim memperpanjang durasi hari sebesar 1,33 milidetik per abad dalam rentang tahun 2000 hingga 2018.

Contoh lain datang dari bencana alam. Gempa besar yang melanda Jepang pada 2011 tercatat mempersingkat durasi hari sebesar 1,8 mikrodetik. Meskipun angka tersebut sangat kecil, hal ini menunjukkan bahwa distribusi massa di permukaan Bumi dapat memengaruhi kecepatan rotasi.

Musim pun juga memainkan peran. Menurut Richard Holme, ahli geofisika dari University of Liverpool, saat musim panas di belahan Bumi utara, massa pohon berpindah dari bawah tanah ke atas permukaan akibat tumbuhnya daun. Hal ini menyebabkan pergeseran massa yang menjauh dari pusat rotasi Bumi, memperlambat putaran planet.

Ilustrasi menarik adalah perbandingan dengan atlet seluncur es. Pada saat tangan dirapatkan ke tubuh, rotasi mereka akan semakin cepat; saat tangan dibuka lebar, rotasi melambat. Bumi bekerja dengan prinsip fisika yang serupa.

Bagi kebanyakan orang, perbedaan milidetik ini tidak terasa karena jam tetap menunjukkan 24 jam dan aktivitas sehari-hari berjalan seperti biasa. Akan tetapi bagi para ilmuwan, perubahan kecil ini penting karena dapat memengaruhi sistem navigasi, satelit, dan penyesuaian waktu global.

Fenomena ini juga menunjukkan bahwa perubahan iklim dan aktivitas manusia tidak hanya berdampak pada cuaca atau lingkungan, tetapi juga memengaruhi rotasi Bumi itu sendiri. Memahami hal ini penting karena menyangkut keberlanjutan hidup di planet yang terus bergerak dan berubah.

Diolah dari artikel:
“Earth is going to spin much faster over the next few months — so fast that several days are going to get shorter” oleh Amy Arthur.

Link: https://www.livescience.com/planet-earth/earth-is-going-to-spin-much-faster-over-the-next-few-months-so-fast-that-several-days-are-going-to-get-shorter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *