Sumber ilustrasi: pixabay
14 Juni 2025 10.50 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [14.6.2025] Dulu, gagasan terraforming Mars atau mengubah iklim planet tersebut agar bisa dihuni, hanya ada dalam cerita fiksi ilmiah. Kini ide tersebut mulai dianggap sebagai tantangan ilmiah yang realistis. Sebuah studi terbaru menyatakan bahwa teknologi modern telah membawa ide ini ke dalam ranah yang mungkin untuk direalisasikan.
Erika DeBenedictis, CEO Pioneer Labs dan penulis utama studi mengatakan bahwa 30 tahun lalu, terraforming Mars adalah sesuatu yang mustahil. Akan tetapi dengan hadirnya teknologi seperti roket Starship dan biologi sintetis hari ini, peluang dapat dilakukannya hal itu menjadi lebih dekat dan nyata. Studi ini tidak hanya memaparkan potensi teknis, tapi juga mendalami dimensi etika yang harus diperhitungkan, sembari menyusun kerangka kerja menuju masa depan Mars yang hidup.
Para pendukung ide ini menilai bahwa menciptakan kehidupan di tempat yang sebelumnya mati adalah langkah maju peradaban. DeBenedictis mengatakan bahwa adanya banyak kehidupan lebih baik daripada hanya ada sedikit kehidupan. Dirinya menambahkan bahwa terraforming Mars bisa menjadi bentuk awal tanggung jawab manusia sebagai pengelola planet dengan dampak lingkungan yang justru dinilai positif.
Alasan dilakukannya hal ini sederhana menurut Edwin Kite, pakar geofisika dari Universitas Chicago: “Planet hidup lebih baik daripada yang mati. Data dari rover NASA menunjukkan bahwa Mars pernah layak huni. Sehingga menjadikan planet merah ini hijau bisa dianggap sebagai misi restorasi lingkungan terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Tujuan akhirnya adalah Mars yang memiliki air, oksigen, dan ekosistem aktif. Meskipun hasil akhirnya mungkin memakan waktu berabad-abad, namun langkah awal ini bisa dalam bentuk keberadaan mikroba yang bertahan di titik-titik tertentu.
Jika terraforming mencapai titik dimana kota-kota manusia bisa dibangun di Mars, itu akan menjadi batu loncatan besar bagi eksplorasi galaksi. Kite menyebut bahwa “planet yang layak huni” bisa menjadi basis logistik bagi ekspansi umat manusia ke luar tata surya. Robin Wordsworth, ilmuwan lingkungan dari Harvard, melihat upaya ini sebagai cara memperluas kehidupan ke alam semesta, bukan hanya kolonisasi. Dirinya berpandangan bahwa kehidupan itu berharga dan dirinya menganggap ada suatu tanggung jawab bukan hanya melindungi apa yang ada di Bumi, namun juga menyebarkannya.

Akan tetapi proyek ini juga memiliki dampak balik bagi Bumi. Nina Lanza, ilmuwan planet dari Laboratorium Nasional Los Alamos, melihat Mars sebagai ‘laboratorium uji’ untuk rekayasa lingkungan. Lanza menyarankan agar eksperimen dilakukan di sana terlebih dahulu sebelum kita mengubah Bumi lebih jauh. Lanza pribadi ingin lebih konservatif terhadap planet Bumi. Lingkungan Mars yang belum tersentuh juga membuatnya ideal untuk mengembangkan teknologi hijau tanpa konflik kepentingan dan infrastruktur lama, tambah DeBenedictis.
Meski begitu para ilmuwan mengingatkan akan risiko besar. Seperti di film Jurassic Park, sebelum bertanya bisakah kita, sebaiknya kita bertanya haruskah kita. Mengubah Mars sesuai dengan citra Bumi memiliki kemungkinan dapat menghapus jejak sejarah alaminya. Lanza menegaskan bahwa jika Mars diubah, maka kita dapat kehilangan kesempatan mempelajari asal-usulnya, termasuk kemungkinan adanya kehidupan purba. Proses kimia dan geologis Mars bisa berubah permanen dan tak bisa dikembalikan. (bersambung)
Sumber: Livescience