Sumber ilustrasi: freepik
9 Mei 2025 18.35 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [09.5.2025] Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa dirinya memperkirakan akan ada negosiasi substansial antara AS dan China terkait perdagangan pada akhir pekan ini dan mengisyaratkan bahwa tarif hukuman AS terhadap Beijing yang saat ini mencapai 145% kemungkinan besar akan diturunkan.
Pernyataan ini disampaikan Trump saat mengumumkan perjanjian dagang baru antara AS dan Inggris di Gedung Putih. Ini menjadi sinyal terbaru dari meredanya ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia yang selama ini bersitegang akibat perang dagang. Setelah dua bulan tanpa kemajuan, kedua pihak mengumumkan bahwa pejabat tinggi mereka akan bertemu di Swiss akhir pekan ini untuk menggelar pembicaraan lanjutan.
Sementara itu, pemerintahan Trump juga sedang menyusun sejumlah kesepakatan dagang dengan negara-negara lain. Hal ini dilakukan setelah Presiden AS menangguhkan penerapan tarif timbal balik terhadap sebagian besar negara guna meredam dampak dari perang dagang yang sempat mengguncang pasar keuangan global serta hubungan diplomatik AS. Namun, tarif terhadap China tidak termasuk dalam penangguhan tersebut.
Ketegangan antara AS dan China terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dan pernyataan keras dari kedua belah pihak telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak jangka panjang bagi perekonomian global. Dalam konferensi pers hari Kamis, Trump mengatakan bahwa ada kemungkinan tarif terhadap China diturunkan, tergantung pada hasil pembicaraan dan juga menyebut bahwa “Tarifnya sudah di angka 145%, jadi kami tahu itu akan turun.”
Trump menambahkan bahwa pertemuan dengan delegasi China kemungkinan besar akan berlangsung dalam suasana bersahabat dan elegan dan menekankan bahwa kedua belah pihak menantikan diskusi yang produktif. Negosiasi akhir pekan ini akan mempertemukan Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Kepala Negosiator Dagang Jamieson Greer, dan Kepala Ekonomi China He Lifeng di wilayah netral Swiss.
Trump juga menyatakan keyakinannya bahwa China memiliki keinginan kuat untuk mencapai kesepakatan dagang. Menurutnya, China akan memperoleh lebih banyak keuntungan dari hasil negosiasi ini serta menekankan pentingnya China membuka pasar domestiknya agar perdagangan lebih seimbang dan saling menguntungkan.
Saat ditanya apakah dirinya akan berbicara langsung dengan Presiden China Xi Jinping setelah negosiasi, Trump menjawab bahwa hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Trump dikenal memiliki kekaguman terhadap Xi, meski tetap bersikap keras dalam isu perdagangan dan menyalahkan China atas penyebaran awal COVID-19.
Trump selama ini menjadikan isu perdagangan sebagai prioritas kebijakannya, dengan menekankan bahwa surplus perdagangan besar China terhadap AS harus dikurangi dan menyatakan harapannya agar ekonomi China menjadi lebih terbuka terhadap produk dan investasi asing.
Menjelang pertemuan di Swiss, Trump menyampaikan optimismenya terhadap hasil pembicaraan. Dirinya menyebut bahwa negosiasi akan bersifat substansial dan bahwa China memiliki alasan kuat untuk menjalin kesepakatan. “Pada titik ini, mereka memang harus melakukannya,” katanya.
Buah Pikiran
Pernyataan Presiden Trump mencerminkan adanya peluang nyata untuk meredakan konflik dagang antara Amerika Serikat dan China yang selama ini menimbulkan ketidakpastian global. Langkah menuju penurunan tarif, jika benar-benar terlaksana, dapat menjadi titik balik penting dalam hubungan ekonomi dua negara raksasa ini dan memberikan dorongan positif terhadap stabilitas pasar internasional.
Namun demikian kehati-hatian tetap diperlukan. Sejarah panjang ketegangan dagang antara AS dan China menunjukkan bahwa keberhasilan jangka panjang tidak hanya bergantung pada kesepakatan angka tarif, tetapi juga pada keterbukaan struktural, komitmen terhadap persaingan yang adil, serta niat politik yang konsisten dari kedua belah pihak. Dunia berharap bahwa negosiasi ini tidak hanya bersifat simbolis, melainkan menjadi fondasi nyata bagi pemulihan hubungan dagang global yang sehat dan berkelanjutan. (NJD)
Sumber: Reuters