Sumber ilustrasi: Wikimedia Commons
8 Desember 2025 15.15 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [08.12.2025] Banjir dan longsor besar di sejumlah negara Asia telah memicu krisis kemanusiaan yang menuntut respons cepat dari pemerintah dan lembaga internasional. Indonesia menjadi negara yang paling terdampak, dengan jumlah korban tewas mencapai ratusan dan ratusan lainnya masih hilang. Laporan terbaru PBB menunjukkan bahwa rangkaian bencana tersebut melumpuhkan kehidupan jutaan warga di Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, India, dan Thailand. Pemerintah Indonesia kini berfokus memulihkan kondisi di wilayah terdampak sekaligus mempercepat penyaluran bantuan. Informasi awal dari lembaga pemerintah, pejabat nasional, dan organisasi internasional menggambarkan skala bencana yang luar biasa serta tantangan berat di lapangan.
Pendahuluan ini memperlihatkan bahwa banjir dan longsor telah memutus akses jalan, menghancurkan infrastruktur, serta membuat banyak komunitas terisolasi. Tim PBB telah disiagakan untuk memperkuat operasi tanggap darurat di kawasan tersebut melalui dukungan pangan, layanan kesehatan, bantuan air dan sanitasi, hingga penilaian pemulihan. Pemerintah Indonesia, melalui kunjungan pejabat tinggi ke daerah terdampak, juga menyatakan langkah-langkah percepatan dalam penanggulangan dan perbaikan sarana vital.
Laporan PBB menegaskan bahwa bencana kali ini bersifat tidak biasa, mengingat gabungan peristiwa alam ekstrem, banjir besar, tanah longsor, badai, dan siklon, terjadi secara bersamaan di beberapa negara Asia. Kondisi geografis dan kepadatan penduduk di wilayah terdampak turut memperberat proses penanganan. Juru Bicara PBB Stephane Dujarric menyampaikan kepada pers bahwa lembaganya terus memantau situasi dan tetap berkoordinasi dengan otoritas nasional, serta menyatakan kesiapan untuk mendukung setiap upaya yang sedang dilakukan. Pernyataan tersebut menggambarkan besarnya kekhawatiran internasional terhadap komplikasi bencana yang terjadi secara regional.
Di Sumatra, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengungkapkan bahwa pemerintah mempercepat penyaluran bantuan dan perbaikan fasilitas penting, sebagaimana dilaporkan Antara. Upaya tersebut menjadi krusial mengingat jumlah korban tewas di Sumatra telah mencapai 867 orang, sementara 521 lainnya masih hilang dan lebih dari 4.200 warga mengalami luka. Selain itu, lebih dari 3,2 juta penduduk terdampak dan lebih dari satu juta di antaranya harus mengungsi ke tempat yang lebih aman di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh. Kondisi ini menunjukkan tekanan besar terhadap mekanisme penanganan bencana, terutama dalam distribusi logistik dan layanan darurat.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menegaskan bahwa alat berat telah digerakkan untuk membuka kembali akses menuju komunitas yang terisolasi. Tantangan medan serta kerusakan infrastruktur memperlambat evakuasi dan distribusi bantuan. Di sisi lain, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal menilai bahwa ratusan bangunan rusak berat sehingga proses pemulihan membutuhkan waktu panjang. Pemerintah juga mengerahkan perangkat komunikasi satelit Starlink untuk memulihkan jaringan di wilayah Sumatra Barat yang terdampak berat, menandakan betapa pentingnya komunikasi dalam operasi penyelamatan.
Analisis mengenai faktor penyebab turut mengemuka setelah Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan bahwa izin perusahaan yang diduga berkontribusi terhadap banjir dan longsor pekan lalu dapat dicabut. Hal ini mengindikasikan bahwa selain faktor cuaca ekstrem, ada potensi pelanggaran tata kelola lingkungan yang turut memperparah kondisi. Di kawasan lain di Asia, Sri Lanka masih menghadapi dampak Siklon Ditwah yang telah menewaskan 607 orang, dengan lebih dari dua ratus masih hilang. Thailand bagian selatan mencatat setidaknya 185 korban jiwa dan ratusan orang hilang, sementara India dan Malaysia melaporkan korban tambahan akibat cuaca buruk.
Situasi banjir dan longsor yang menimpa berbagai negara Asia menegaskan urgensi koordinasi regional dan respons cepat dari pemerintah serta lembaga internasional. Indonesia, sebagai negara yang paling terdampak, menghadapi tantangan besar dalam evakuasi, bantuan kemanusiaan, dan pemulihan infrastruktur. Dampak yang luas dan jumlah korban yang besar menunjukkan betapa signifikan perubahan cuaca ekstrem terhadap stabilitas sosial dan keselamatan masyarakat.
Upaya percepatan penanganan yang dilakukan pemerintah Indonesia, termasuk dukungan dari PBB dan lembaga internasional lainnya, menjadi langkah penting untuk memulihkan kehidupan warga. Meski demikian, jumlah korban yang masih hilang dan besarnya kerusakan membuat proses pemulihan membutuhkan waktu panjang. Situasi di negara-negara lain seperti Sri Lanka, Thailand, India, dan Malaysia memperlihatkan bahwa bencana ini berskala regional dan memerlukan perhatian berkelanjutan.
Diolah dari artikel:
“Worst-hit Indonesia works to restore normalcy as Asia floods leave over 1,600 dead” oleh Berk Kutay Gokmen.