Sumber ilustrasi: pixabay
3 Juni 2025 12.40 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [03.6.2025] Berita terbaru dari Amerika. Keputusan Presiden Donald Trump untuk melipatgandakan tarif atas impor baja dan aluminium menjadi 50% mengundang kekhawatiran luas, terutama terkait dampaknya terhadap harga bahan makanan yang sehari-hari dikonsumsi jutaan warga Amerika.
Langkah tersebut diumumkan dalam sebuah acara publik di Pittsburgh, di hadapan para pekerja baja yang bersorak. Trump menyatakan bahwa tarif ini adalah bagian dari upaya untuk “mengamankan industri baja AS lebih lanjut.” Akan tetapi para ekonom, pelaku industri makanan, dan pengamat perdagangan memperingatkan bahwa kebijakan ini bisa bertolak belakang dengan janji utamanya yakni menurunkan harga pangan bagi konsumen.
Baja dan aluminium bukan hanya digunakan untuk mobil atau peralatan rumah tangga. Kedua logam tersebut juga merupakan komponen vital dalam kemasan makanan dan minuman, mulai dari kaleng sup, soda, hingga makanan hewan. Artinya, kebijakan tarif ini sangat mungkin akan menaikkan harga berbagai produk konsumen.
Usha Haley, pakar perdagangan dan profesor di Wichita State University mengatakan bahwa naiknya harga bahan makanan adalah bagian dari efek berantai yang tak terhindarkan. Dirinya menekankan bahwa tarif ini bisa meningkatkan biaya lintas industri, memperkeruh hubungan dagang dengan sekutu, dan ironisnya, tidak akan memberi dampak jangka panjang terhadap kebangkitan manufaktur Amerika.
Robert Budway, presiden Can Manufacturers Institute, menyebut kebijakan ini sebagai pukulan telak bagi produsen makanan kaleng lokal. Dirinya mengatakan bahwa produsen luar negeri seperti China akan dengan senang hati menurunkan harga untuk mengalahkan produsen AS. Budway menambahkan bahwa produksi baja timah dalam negeri telah menyusut drastis, yang dimana hal ini membuat industri sangat bergantung pada impor.
Dengan naiknya harga bahan baku, jutaan keluarga Amerika terancam menanggung beban lebih untuk komoditas keseharian mereka. Perusahaan makanan besar pun mulai bersiap menghadapi dampak dari kenaikan harga ini. Campbell Soup Co., misalnya, menyatakan bahwa mereka sedang berupaya menekan biaya, tetapi tidak menutup kemungkinan menaikkan harga. Hal serupa dikatakan oleh ConAgra Brands, produsen berbagai merek ternama seperti Reddi-Whip dan Pam.
David Marberger, CFO ConAgra, dalam sebuah konferensi industri mengatakan bahwa mereka tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan bahan baku dari dalam negeri karena pasokannya tidak ada.
Kenaikan tarif bukan hanya berdampak pada makanan kaleng. Ekonom memperingatkan bahwa biaya membangun toko, membeli truk distribusi, hingga investasi alat berat untuk pertanian, seperti traktor, juga akan naik. Babak Hafezi, konsultan global dan dosen di American University, mengatakan bahwa jika traktor John Deere naik 25% harganya, konsumen dipandang yang akan merugi pada akhirnya oleh karena dampaknya yang menjalar ke seluruh lini ekonomi.
Sebagian efeknya mungkin langsung terasa, sementara sebagian lagi akan muncul secara perlahan. Namun semuanya akan bermuara pada satu hal, yaitu pada harga-harga naik sehingga pilihan produk menipis.
Serikat pekerja baja menyambut baik tarif ini. David McCall, presiden United Steelworkers International, menyebutnya sebagai “alat berharga untuk menyeimbangkan perdagangan.” Namun dirinya juga menekankan perlunya reformasi sistem perdagangan global yang lebih luas.
Andreas Waldkirch, profesor ekonomi di Colby College, menyebut dampak tarif ini sangat berat bagi sektor non-baja. Dirinya mengatakan bahwa ya, Industri baja mungkin mendapat sedikit manfaat, seperti bertambahnya lapangan pekerjaan untuk bidang industri ini. Tapi biaya tak langsung yang merusak di sektor lain bisa jauh lebih besar. Waldkirch juga mengatakan bahwa hasil akhirnya, justru akan merugikan perekonomian secara keseluruhan.
Kebijakan tarif ini menunjukkan pola proteksionisme yang agresif dari Presiden Trump. Dalam jangka pendek, dapat dilihat akan adanya kebangkitan simbolis di sektor baja. Namun demikian, keadaan ini membuat sektor konsumen dan pangan yang jauh lebih luas, menjadi terpengaruh lebih berat. Efek psikologis terhadap pasar juga bisa dikatakan signifikan yang berujung kepada terciptanya ketidakpastian dan mengganggu rantai pasok global.
Dari sisi ekonomi global, tarif ini menambah ketegangan dagang, terutama dengan negara pemasok baja utama seperti Kanada, Meksiko, Jepang, dan China. Negara-negara tersebut dapat merespon dengan tarif balasan atau mengalihkan perdagangan ke blok-blok ekonomi lain, melemahkan posisi negosiasi dagang AS secara keseluruhan.
Dalam dunia yang sangat saling terhubung, memproteksi satu industri dengan mengorbankan industri lainnya bisa dilihat sebagai rencana jangka panjang. Akan tetapi strategi bisa menjadi kebijakan yang tidak hanya dipandang kontraproduktif, tapi juga memicu reaksi global yang memperburuk kondisi ekonomi yang sudah rentan oleh ketegangan geopolitik dan disrupsi rantai pasok pasca-pandemi. (NJD)
Sumber: Apnews
Link: https://apnews.com/article/steel-aluminum-tariffs-trump-groceries-0f8bd5f3cd9b8a2860d60125b9e8f2b2