Sumber ilustrasi: unsplash
13 Juni 2025 07.50 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [11.6.2025] Sebuah garis imajiner di antara Asia dan Australia telah lama menjadi pemisah alami dalam dunia hewan. Meski tidak tampak secara fisik, garis ini secara signifikan memengaruhi evolusi fauna kedua wilayah selama puluhan juta tahun.
Dikenal sebagai Garis Wallace, batas ini nyaris tidak dilewati oleh hewan liar termasuk burung. Fenomena ini mencerminkan pembatasan biologis yang telah membentuk dunia hewan secara drastis di masing-masing sisi garis.
Asal usul pemisahan ini dimulai sekitar 30 juta tahun lalu, saat lempeng tektonik Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia. Tabrakan ini membentuk rangkaian kepulauan yang kita kenal sekarang sebagai Indonesia, mengubah arus laut dan menciptakan iklim baru yang memengaruhi pola kehidupan satwa.
Di sisi barat wilayah Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia berevolusi hewan seperti monyet, harimau, gajah, dan badak. Sedangkan di sisi timur, yaitu di Australia dan Papua Nugini dapat ditemukan spesies khas seperti kanguru, koala, platipus, dan burung kakatua.
Perbedaan mencolok ini pertama kali diamati oleh Alfred Russel Wallace, seorang naturalis abad ke-19, yang kemudian memetakan batas tersebut. Ia menulis bahwa Selat Lombok yang hanya berjarak 24 kilometer memisahkan dua wilayah zoologi besar dunia secara tiba-tiba.
Selain menjadi tokoh penting dalam pengembangan teori evolusi, Wallace juga meletakkan dasar penting dalam biogeografi dengan menciptakan batas ini, yang kini dikenal sebagai bariér evolusioner hipotesis.
Secara geologis, Garis Wallace memisahkan landas kontinen Asia dan Australia. Akan tetapi batas ini juga bersifat iklim dan biologis. Sebagai contoh kedalaman laut di Selat Lombok, menciptakan penghalang alami yang sulit dilintasi hewan darat bahkan saat permukaan laut lebih rendah di masa lampau.
Yang menarik bahwa perbedaan ini tak hanya terlihat pada mamalia, namun juga pada burung, reptil, bahkan ikan dan mikroba laut di kedua sisi garis menunjukkan perbedaan genetik yang mencolok, menandakan minimnya perpindahan antar populasi.
Hingga kini para ilmuwan masih mencari tahu penghalang apa yang sebenarnya membatasi penyebaran spesies ini. Faktor habitat dan iklim diduga menjadi penyebab utama dari pembatasan biologis yang terus terjadi hingga sekarang.
Penelitian terbaru tahun 2023 terhadap lebih dari 20.000 spesies vertebrata menunjukkan bahwa garis keturunan Asia Tenggara berkembang dalam lingkungan tropis yang memungkinkan mereka menyebar ke arah Papua melalui pulau-pulau lembap.
Sementara itu, spesies di benua Australia berevolusi dalam kondisi lebih kering yang membuat mereka kurang mampu bertahan di lingkungan tropis dekat khatulistiwa. Hal ini menjelaskan mengapa penyebaran fauna Australia ke Asia sangat terbatas.
Meski begitu, batas Wallace ternyata tidak sepenuhnya membatasi penyebrangan fauna. Beberapa spesies seperti kelelawar, biawak, dan monyet ekor panjang terbukti bisa menyeberang ke sisi lainnya. Berdasarkan hal tersebut, ilmuwan menyimpulkan bahwa Garis Wallace lebih bersifat sebagai gradasi biologis, bukan batas absolut.
Meski demikian, garis ini tetap menjadi kerangka penting dalam memahami bagaimana evolusi berlangsung dalam konteks geografis. Ribuan spesies dapat dijelaskan sejarah evolusinya dengan menggunakan pemisah ini.
Sebagaimana dikemukakan oleh sejarawan sains Jane Camerini, peta Wallace dan Darwin berperan setara dengan skala waktu geologi dalam membentuk kerangka kerja pemahaman evolusi makhluk hidup.
Apa yang awalnya hanyalah satu garis kasar yang digambar di peta, kini menjadi fondasi dari pemahaman ilmiah kita tentang distribusi kehidupan di planet ini.
Pengetahuan tentang Garis Wallace sangat menarik untuk diamati terutama dalam bidang konservasi keanekaragaman hayati dan studi perubahan iklim. Garis ini menunjukkan bahwa distribusi spesies tidak acak, melainkan hasil dari proses geologi, iklim, dan sejarah evolusi yang kompleks.
Pemahaman ini membantu para ilmuwan, pembuat kebijakan, dan praktisi konservasi menentukan area penting yang perlu dijaga berdasarkan konteks sejarah alaminya. Pemahaman ini juga memberikan pengetahua bahwa tidak semua spesies cocok dipindahkan lintas wilayah, karena batas biologis seperti ini bisa berdampak pada ekosistem lokal. Mengetahui, memahami, dan menghargai batas-batas ini adalah langkah awal menjaga harmoni ekologis Bumi. (NJD)
Sumber: ScienceAlert
Link: https://www.sciencealert.com/theres-an-invisible-line-that-animals-dont-cross-heres-why