Wall Street Jatuh Usai Trump Ancam Kenaikan Tarif Tambahan untuk China

Sumber ilustrasi: Unsplash

13 Oktober 2025 11.20 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [13.10.2025] Pasar saham Amerika Serikat mengalami tekanan hebat pada Jumat waktu setempat, mencatat penurunan harian terburuk sejak April. Kejatuhan ini terjadi setelah Presiden Donald Trump menyampaikan ancaman akan menaikkan tarif secara drastis terhadap impor asal China, memicu kembali kekhawatiran atas tensi dagang global.

Indeks S&P 500 anjlok 2,7%, Dow Jones Industrial Average kehilangan 878 poin atau 1,9%, dan Nasdaq Composite terjerembab 3,6%. Pasar yang semula bergerak stabil di pagi hari, berbalik arah tajam setelah pernyataan Trump memunculkan ketakutan akan terganggunya rantai pasokan global dan berkurangnya optimisme pemulihan ekonomi.

Ancaman Trump datang melalui platform media sosial miliknya, di mana disebutkan bahwa pemerintahan AS mempertimbangkan kenaikan tarif besar-besaran terhadap produk China. Kekecewaan itu dipicu oleh pembatasan ekspor logam tanah jarang oleh China, bahan vital dalam pembuatan elektronik dan teknologi tinggi. Trump menyebut bahwa negara-negara lain juga merasa tidak senang atas ketegangan dagang yang menurutnya terjadi secara tiba-tiba. Ia juga menyinggung bahwa pertemuan dengan Presiden China, Xi Jinping, yang sebelumnya telah direncanakan, kini dianggap tidak lagi perlu dilakukan.

Dampak dari pernyataan tersebut langsung terasa di bursa saham. Sekitar enam dari tujuh saham dalam indeks S&P 500 mengalami penurunan. Mulai dari perusahaan teknologi raksasa seperti Apple dan Nvidia, hingga saham-saham perusahaan kecil yang selama ini berharap pulih dari ketidakpastian perdagangan dan tarif, semuanya terpukul.

Kondisi ini memperkuat kekhawatiran yang telah lama muncul terkait penilaian pasar yang terlalu tinggi. Dalam beberapa bulan terakhir, indeks S&P 500 telah mengalami kenaikan hampir 35% sejak posisi terendahnya di bulan April, mendorong beberapa pihak menilai bahwa valuasi saham telah jauh meninggalkan pertumbuhan laba perusahaan.

Kekhawatiran terbesar datang dari sektor teknologi, khususnya yang terkait kecerdasan buatan (AI), di mana sejumlah analis melihat kemiripan dengan gelembung dot-com yang meledak pada tahun 2000. Menurut mereka, jika harga saham tidak menurun atau laba tidak meningkat, maka pasar akan tetap berada dalam kondisi terlalu mahal secara fundamental.

Contoh tekanan pasar juga terlihat dari saham Levi Strauss, yang jatuh 12,6%, meskipun membukukan laba kuartalan yang melebihi ekspektasi. Proyeksi tahunan perusahaan pun masih dalam batas yang diterima pasar, namun kenaikan harga saham sebelumnya—hampir 42% sepanjang tahun ini—membuat ekspektasi investor melambung, sehingga kinerja yang solid tetap dianggap mengecewakan.

Secara keseluruhan, S&P 500 turun menjadi 6.552,51, Dow Jones merosot ke 45.479,60, dan Nasdaq jatuh ke 22.204,43.

Pernyataan Trump juga berdampak pada pasar komoditas, khususnya minyak. Harga minyak mentah AS turun 4,2% menjadi $58,90 per barel, sebagian disebabkan oleh gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, yang mengurangi kekhawatiran atas gangguan pasokan energi. Namun, kekhawatiran akan menurunnya permintaan global akibat tarif baru membuat harga anjlok lebih jauh.

Minyak Brent, patokan internasional, juga terkoreksi 3,8% menjadi $62,73 per barel. Di sisi lain, pasar obligasi mencatat penguatan, dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun dari 4,14% menjadi 4,05%. Penurunan ini terjadi sebelum pernyataan Trump, menyusul rilis survei dari Universitas Michigan yang menunjukkan bahwa sentimen konsumen AS masih lesu.

Joanne Hsu, Direktur Survei Konsumen Universitas Michigan, mengungkapkan bahwa masalah seperti harga kebutuhan pokok yang tinggi dan lemahnya prospek pekerjaan masih menjadi kekhawatiran utama bagi masyarakat. Dalam situasi seperti ini, konsumen cenderung pesimistis terhadap kemungkinan perbaikan dalam waktu dekat.

Melambatnya pasar tenaga kerja telah mendorong Federal Reserve memangkas suku bunga utama pada bulan lalu, pertama kalinya tahun ini. Bank sentral bahkan memperkirakan akan menurunkan suku bunga lagi dalam beberapa bulan mendatang guna memberi ruang bagi pemulihan ekonomi. Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa langkah ini bisa berubah jika tekanan inflasi kembali meningkat, mengingat suku bunga rendah juga berpotensi memicu kenaikan harga lebih lanjut.

Di sisi lain, hasil survei awal Universitas Michigan menunjukkan penurunan ekspektasi inflasi konsumen untuk satu tahun ke depan, dari 4,7% menjadi 4,6%. Meski angkanya masih tinggi, arah penurunannya memberikan sedikit harapan bagi The Fed dalam mengendalikan tekanan harga.

Gejolak yang terjadi di pasar AS turut merembet ke pasar global. Indeks Hang Seng di Hong Kong merosot 1,7%, sementara indeks CAC 40 di Prancis turun 1,5%. Namun, berbeda dengan tren umum, indeks Kospi Korea Selatan justru melonjak 1,7%, seiring dengan dibukanya kembali perdagangan setelah libur nasional.

Kejatuhan tajam pasar saham AS pada Jumat lalu mencerminkan betapa sensitifnya pasar terhadap ketegangan geopolitik dan kebijakan perdagangan. Ancaman Presiden Trump terhadap tarif baru pada China menjadi pemicu utama yang mengguncang hampir seluruh sektor pasar, memperburuk sentimen di tengah valuasi pasar yang sudah dianggap terlalu tinggi. Saham teknologi dan energi menjadi yang paling terdampak, sementara pergerakan di pasar minyak dan obligasi menunjukkan meningkatnya kehati-hatian investor terhadap risiko ekonomi global.

Meskipun ada beberapa sinyal positif seperti penurunan ekspektasi inflasi, fundamental ekonomi tetap menghadapi tantangan besar. Ketidakpastian atas arah kebijakan suku bunga, konflik geopolitik, serta perlambatan konsumen masih akan menjadi faktor utama dalam pergerakan pasar ke depan. Investor kini dituntut untuk lebih waspada dalam membaca dinamika global yang berubah cepat.

Diolah dari artikel:
“Wall Street tumbles to its worst day since April after Trump threatens more tariffs on China” oleh Stan Choe.

Link: https://apnews.com/article/stocks-markets-rates-ai-f2c8bcc1f46043ab504cf4b0281e3401

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *