Sumber ilustrasi: Freepik
25 September 2025 09.05 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [25.09.2025] Pluto telah lama menjadi subjek ketertarikan ilmiah, bukan hanya karena statusnya sebagai planet katai, tetapi juga karena perilaku orbitnya yang jauh berbeda dibandingkan delapan planet utama tata surya. Orbitnya tidak hanya berbentuk elips ekstrem, tetapi juga sangat miring terhadap bidang ekliptika, yaitu bidang datar tempat planet-planet tata surya mengelilingi Matahari.
Sebagai perbandingan, orbit Bumi hampir berbentuk lingkaran sempurna, dengan eksentrisitas 0,0167, sedangkan Pluto memiliki eksentrisitas sebesar 0,25. Planet-planet seperti Mars dan Saturnus juga memiliki eksentrisitas kecil, masing-masing 0,093 dan 0,054. Kemiringan orbit Pluto terhadap bidang ekliptika mencapai 17,4 derajat, jauh lebih besar dibandingkan Bumi (1,5 derajat) maupun Merkurius (sekitar 2 derajat). Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Pluto menempati posisi unik dalam dinamika tata surya.
Keunikan ini tidak sepenuhnya mengejutkan jika mengingat Pluto merupakan bagian dari Sabuk Kuiper, wilayah berbentuk donat yang terletak di luar orbit Neptunus. Wilayah ini dihuni oleh berbagai objek es, termasuk planet katai lain seperti Eris dan Makemake. Akan tetapi, bahkan dibandingkan dengan objek lain di Sabuk Kuiper, orbit Pluto masih dianggap sangat anomaly.
Para ilmuwan planet telah lama menyelidiki penyebab orbit Pluto yang tidak lazim. Peneliti dari Universitas Arizona, Renu Malhotra, menjelaskan bahwa orbit ini kemungkinan besar terbentuk akibat interaksi gravitasi yang kompleks antara Pluto dengan Neptunus, serta dengan planet-planet raksasa lainnya. Proses migrasi Neptunus pada masa awal pembentukan tata surya diperkirakan menyebabkan Pluto tertarik dalam konfigurasi orbit yang tidak biasa.
Salah satu konsep kunci dalam hal ini adalah resonansi orbit, yakni kondisi ketika dua benda langit saling memengaruhi secara gravitasi dalam pola yang stabil. Pluto dan Neptunus saat ini berada dalam resonansi 3:2, yang artinya Pluto menyelesaikan dua orbit mengelilingi Matahari dalam waktu yang sama saat Neptunus menyelesaikan tiga orbit. Konfigurasi ini menciptakan kestabilan yang luar biasa, memungkinkan Pluto memiliki orbit yang ekstrem tanpa terlempar dari jalurnya.
Malhotra menggambarkan fenomena ini seperti permukaan datar yang diberi cekungan: objek-objek yang dilemparkan secara acak cenderung menetap di area cekungan tersebut. Dalam hal ini, migrasi Neptunus menciptakan semacam “cekungan gravitasi” yang menahan Pluto di jalurnya, sekaligus menjelaskan mengapa orbitnya tidak berubah drastis meski tidak sejajar dengan planet-planet lain.
Yang lebih mengejutkan, pada saat Pluto berada di perihelion, titik terdekat dengan Matahari, posisinya selalu berada di atas bidang orbit planet-planet. Ini adalah karakteristik yang sangat tidak lazim. Biasanya, objek-objek tata surya cenderung melintasi bidang ekliptika dari waktu ke waktu. Akan tetapi, simulasi menunjukkan bahwa Pluto tidak pernah melakukan hal ini. Stabilitas vertikal orbit Pluto ternyata bukan hanya dipengaruhi oleh Neptunus, tetapi juga oleh pengaruh gabungan dari gravitasi Jupiter dan Uranus.
Sementara itu, ilmuwan lain seperti Will Grundy dari Lowell Observatory menambahkan bahwa Pluto bukan satu-satunya planet katai yang memiliki orbit ekstrem. Sebagai contoh, Eris memiliki eksentrisitas 0,45 dan inklinasi sekitar 43 derajat, menjadikannya lebih ekstrem dibanding Pluto dalam hal orbit. Keberadaan objek-objek seperti ini menunjukkan bahwa wilayah Sabuk Kuiper merupakan lanskap kosmik yang kompleks dan masih menyimpan banyak misteri yang belum terungkap.
Grundy juga menekankan bahwa terdapat keragaman geologis yang luar biasa di permukaan objek-objek Sabuk Kuiper berukuran lebih dari 100 kilometer. Menurutnya, secara keseluruhan, permukaan padat di wilayah ini bahkan lebih luas daripada gabungan seluruh permukaan padat di tata surya bagian dalam, menjadikan Sabuk Kuiper area yang sangat menarik untuk eksplorasi lanjutan.
Orbit Pluto yang aneh dan menyimpang dari pola orbit planet-planet lain di tata surya dapat dijelaskan melalui interaksi gravitasi jangka panjang dengan Neptunus dan planet-planet raksasa lainnya. Resonansi orbit dan migrasi planet dalam sejarah awal tata surya menjadi kunci utama terbentuknya karakteristik Pluto saat ini. Fenomena ini juga menunjukkan bahwa orbit yang ekstrem bisa tetap stabil asalkan berada dalam konfigurasi gravitasi yang seimbang.
Penelitian terhadap Pluto membuka wawasan penting tentang dinamika Sabuk Kuiper dan migrasi planet. Dengan banyaknya objek lain di wilayah ini yang memiliki orbit ekstrem, para ilmuwan menduga bahwa masih banyak misteri tersembunyi di ujung tata surya. Eksplorasi lebih lanjut terhadap Pluto dan tetangganya diyakini akan memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai evolusi awal tata surya kita.
Diolah dari artikel:
“Why does Pluto have such a weird orbit?” oleh Sara Hashemi.
Link: https://www.livescience.com/space/pluto/why-does-pluto-have-such-a-weird-orbit