Sumber ilustrasi: Freepik
24 September 2025 16.30 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [24.09.2025] Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang paling banyak menyerang populasi lanjut usia, terutama wanita pasca-menopause. Selama ini, pengobatan hanya mampu memperlambat laju kerusakan tulang, tanpa benar-benar memulihkannya. Selain itu, beberapa terapi juga menimbulkan efek samping serius atau kehilangan efektivitas dalam jangka panjang. Karena itu, penelitian yang menyoroti mekanisme molekuler yang mengatur kekuatan tulang sangat penting untuk membuka jalan menuju pengobatan yang lebih efektif dan aman.
Dalam studi terbaru yang merupakan kolaborasi ilmiah antara Universitas Leipzig di Jerman dan Universitas Shandong di China berhasil mengungkap peran penting reseptor sel GPR133, juga dikenal sebagai ADGRD1, dalam menjaga dan meningkatkan kekuatan tulang melalui sel pembentuk tulang atau osteoblas. Penemuan ini memberikan pemahaman lebih dalam mengenai jalur biologis yang sebelumnya belum banyak disorot dalam konteks terapi osteoporosis.
Tim peneliti memusatkan perhatian pada reseptor GPR133 setelah menemukan bahwa variasi gen yang mengkode protein ini berkaitan dengan kepadatan tulang. Reseptor ini kemudian diuji dalam model hewan menggunakan tikus, dengan dua pendekatan utama, yakni penghilangan gen secara genetik dan aktivasi kimiawi melalui senyawa AP503. Hasil uji coba menunjukkan bahwa tikus yang tidak memiliki gen tersebut mengalami pertumbuhan tulang yang lemah, menyerupai gejala osteoporosis manusia.
Sebaliknya, pada tikus yang memiliki reseptor aktif dan mendapatkan perlakuan AP503, peningkatan signifikan dalam kekuatan tulang teramati. AP503, yang baru-baru ini diidentifikasi melalui pemindaian berbasis komputer, berperan sebagai aktivator osteoblast, mendorong sel-sel ini untuk bekerja lebih efektif dalam membentuk jaringan tulang. Lebih jauh lagi, senyawa ini menunjukkan potensi sinergis dengan aktivitas fisik, menghasilkan penguatan tulang yang lebih maksimal.
Penting untuk dicatat bahwa proses biologis yang ditemukan pada tikus kemungkinan memiliki kesamaan dengan mekanisme yang terjadi pada manusia. Peneliti mencatat bahwa perubahan genetik pada reseptor ini juga menyebabkan penurunan kepadatan tulang sejak usia muda pada hewan percobaan, yang menyerupai karakteristik osteoporosis dini pada manusia. Ini memperkuat dugaan bahwa GPR133 dapat menjadi target terapi yang relevan bagi pasien manusia.
Selain itu, manfaat dari aktivasi GPR133 tidak terbatas pada kondisi patologis. Reseptor ini juga berpotensi digunakan untuk memperkuat tulang yang masih sehat, sehingga memberikan pendekatan preventif terhadap penurunan kepadatan tulang seiring bertambahnya usia. Dengan mengingat bahwa banyak faktor lain turut memengaruhi kekuatan tulang, GPR133 menjadi salah satu titik masuk penting dalam strategi pengobatan masa depan.
Temuan ini menandai kemajuan penting dalam riset pengobatan regeneratif dan penyakit metabolik tulang. Dengan populasi dunia yang terus menua, kebutuhan akan terapi yang tidak hanya memperlambat, tetapi juga mampu membalikkan kerusakan tulang menjadi semakin mendesak. Aktivasi GPR133 membuka kemungkinan baru dalam pengembangan terapi yang berorientasi pada pemulihan struktur tulang yang telah rusak.
Penelitian gabungan dari Universitas Leipzig dan Universitas Shandong berhasil mengidentifikasi reseptor GPR133 sebagai pengatur utama dalam penguatan tulang melalui stimulasi sel osteoblas. Dengan menggunakan senyawa AP503, para peneliti menunjukkan bahwa kekuatan tulang dapat ditingkatkan secara signifikan, baik pada tikus sehat maupun yang mengalami osteoporosis. Mekanisme ini juga dapat bersinergi dengan olahraga, menawarkan pendekatan kombinatif dalam menjaga kesehatan tulang.
Meskipun studi ini masih berada pada tahap pra-klinis dan dilakukan pada hewan, hasilnya membuka jalur potensial menuju terapi yang dapat mengatasi bahkan membalikkan dampak osteoporosis. Jika hasil serupa dapat direplikasi pada manusia, GPR133 berpotensi menjadi dasar terapi regeneratif baru yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Diolah dari artikel:
“New Breakthrough to Strengthen Bones Could Reverse Osteoporosis” oleh David Nield.
Link: https://www.sciencealert.com/new-breakthrough-to-strengthen-bones-could-reverse-osteoporosis